LOMBA MENULIS OPINI
Diselenggarakan oleh Majalah DIA-Perkantas
Nama: Zenfrison Tuah Butarbutar
Kampus: Institut Teknologi Telkom Bandung
Jurusan: S1 TEKNIK INFORMATIKA
Topik: Teknologi
Police on Internet and Eye-Black Wizard Software Memutus Akses Pornografi
Saya adalah mahasiswa di Kampus Institut Teknologi Telkom di satu daerah kecil bernama Dayeuhkolot. Sebagai kampus teknologi, Institut Teknologi Telkom sangat mempermudah akses teknologi ke mahasiswa di kampus ini. Salah satu akses tersebut adalah jaringan internet. Jaringan tersebut terbagi dua, yaitu: Jaringan peer to peer dan jaringan wireless. Berikut akan dibahas secara rinci mengenai kedua jaringan tersebut.
Jaringan peer to peer merupakan suatu akses jaringan internet dengan memanfaatkan suatu sentral modem yang akan menghubungkan jaringan internet secara gratis ke tempat tinggal mahasiswa. Setiap kos mahasiswa dapat menggunakan kabel UTP yang dapat dikoneksikan dengan sentral modem tersebut.
Jaringan wireless merupakan suatu akses jaringan internet dengan memanfaatkan suatu router yang dapat memancarkan jaringan hot spot yang akan terpancar dan diakses sinyalnya oleh notebook atau laptop pribadi yang dimiliki mahasiwa atau civitas akademika lainnya di kampus Institut Teknologi Telkom.
Virtual Private Network
Setiap koneksi internet tersebut dapat diperoleh oleh civitas akademika dengan menggunakan Virtual Private Network (VPN) yang terhubung dengan IP Adress kampus. Setiap mahasiswa dan dosen memiliki suatu account tersendiri yang masing-masing adalah unik. Setiap mahasiswa ataupun dosen memasukkan ID Account mereka masing-masing yaitu berupa Nomor Induk Mahasiswa (NIM) tersendiri dan sebagai password-nya, mahasiswa menggunakan password yang masing-masing unik dan berbeda untuk setiap mahasiswa dan dosen.
Setiap password akan terus di update keabsahannya setiap proses Perubahan Rencana Studi (PRS) di tiap akhir semester. Password tersebut akan dijaga keamanannya agar tidak bisa disalahpergunakan oleh user lain yang tidak terdaftar dalam civitas akademika Institut Teknologi Telkom. Password akan tercetak pada lembar Kartu Studi Mahasiswa (KSM).
Jaringan internet gratis yang disediakan oleh Kampus Institut Teknologi Telkom ini harus dimanfaatkan secara bijak oleh mahasiswa dan civitas akademika. Setiap VPN akan mendapat batasan kuota dalam penggunaannya dalam jangka waktu 1 bulan. Kuota VPN tersebut akan dibatasi hingga penggunaan data internet sebesar 4.027.354 byte atau 4 Gigabyte. Account VPN akan di blacklist bila melewati kuota tersebut. Namun, di awal bulan berikutnya VPN tersebut dapat diaktifkan dan dipergunakan kembali.
Kemudahan browsing di kalangan mahasiswa Institut Teknologi Telkom ini patut disyuku diberi oleh semua civitas akademika. Setiap tugas-tugas yang diberikan di dalam dan di luar jam kuliah dapat dengan mudah diakses sumber data dari jaringan dunia maya. Internet memberikan kemudahan dan manfaat yang sangat besar dalam perkuliahan mahasiswa Institut Teknologi Telkom. Akses tersebut dapat diperoleh baik saat mahasiswa berada di kampus ataupun di kost atau tempat tinggal mahasiswa. Tanggung jawab mahasiswa pun sangat dibutuhkan untuk maintenance jaringan atau traffic density. Sebab bila terjadi traffic crash atau jaringan yang di luar kendali maka dapat mengakibatkan down-nya server utama yang terdapat di kampus Institut Teknologi Telkom. Ini membuat jaringan semakin lanbat atau bahkan request time out atau putusnya link internet ke kost atau tempat tinggal mahasiswa itu sendiri.
Kerap kali jaringan internet dapat berdampak negative bagi mahasiswa. Jaringan yang dibuka secara gratis oleh kampus selama 24-hours digunakan mahasiswa untuk browsing ke link internet yang tidak pantas untuk dikunjungi oleh mahasiswa. Sebut saja link situs porno yang dapat mempengaruhi moral mahasiswa. Kasus ini memang sangat krusial. Katakan saja mahasiswa dapat mengakses situs porno tersebut menggunakan jasa layanan warung internet yang berkembang pesat di lingkungan kampus. Namun yang lebih parah lagi, bilamana mahasiswa mengakses situs tersebut menggunakan account VPN yang semulanya disediakan kampus untuk mengakses data yang dapat membantu kelancaran civitas akademika.
Memang kedua hal ini merupakan hal yang salah, mengakses situs porno baik menggunakan VPN ataupun di layanan warung internet. Kerap kali mahasiswa Kristiani jatuh dalam dosa yang satu ini, dosa atas pornografi. Mahasiswa Kristiani harus menjaga kekudusan hatinya baik di lingkungan kampus maupun di luar lingkungan kampus. Jaringan internet VPN yang disedikan oleh kampus memang membutuhkan tanggung jawab yang besar dari mahasiswa. Namun, mahasiswa kerap kali tidak bisa dan masih berkompromi dengan dosa pornografi. Hal ini membutuhkan solusi yang aplikatif dan solusi yang efektif untuk mem-block situs porno dari jaringan internet yang dapat diakses oleh mahasiswa.
Penciptaan suatu software Police on Internet dan Eye-Black Wizard dapat membantu memonitor jaringan yang dilakukan oleh kampus. Kampus dapat memantau traffic online daripada mahasiswa. Setiap link atau situs yang dikunjungi oleh mahasiswa saat browsing dapat diketahui oleh pihak kampus. Hal ini sangat membantu kampus untuk bertindak bijak dan adil bilamana mahasiswa salah menggunakan fasilitas akses Account VPN. Kerap kali mahasiswa yang menyalahgunakan Account VPN mereka akan diproses oleh pihak Psikologi Kampus. Sangsi dan ketentuan mengenai penyalahgunaan tersebut akan diproses secara adil. Sangsi tersebut dapat membuat mahasiswa lebih bertanggung jawab atas fasilitas yang menjadi haknya sebagai civitas akademika.
Mahasiswa Kampus Institut Teknologi Telkom harus bertanggung jawab atas kehidupan Kristianinya pribadi lepas pribadi. Tidak dapat dipungkiri bahwasannya zaman semakin sulit dan pemerosotan moral yang memiliki pengaruh ke tiap pribadi mahasiswa. Kehidupan mahasiswa Kristiani di dalam keberadaannya di kampus Institut Teknologi Telkom harus menunjukkan suatu pribadi dan karakter yang bisa menjadi terang di dalam dan di luar lingkungan kampus.
Police on Internet dan Eye-Black Wizard sangat membantu menjaga kekudusan rohani mahasiwa. Memang software ini baru dapat dilaksanakan di lingkungan mahasiswa dan kampus Institut Teknologi Telkom. Namun ini merupakan langkah kecil untuk memutus akses pornografi. Suatu kesesuksesan besar dimulai dari satu langkah kecil. Awalnya memang software ini baru dapat diaplikasikan di lingkungan internal kampus Institut Teknologi Telkom, namun kedepannya dapat dimanfaatkan oleh seluruh wilayah Indonesia tercinta ini.
Untuk kedepannya, diharapkan Police on Internet dan Eye-Black Wizard ini dapat diaplikasikan di setiap akses layanan internet seperi warung internet. Kasus pornografi memang merupakan musuh bangsa yang dapat merusak moral generasi bangsa. Mahasiswa Kristiani harus bisa menyadari dan waspada akan dilema bangsa Indonesia ini. Mahasiswa Kristiani harus berani bertindak dan melakukan aksi memutus pornografi di Indonesia. Untuk ruang lingkup kecil, mahasiswa Institut Teknologi Telkom Bandung harus melakukan aksi nyata memutus aksi pornografi. Banyak hal yang dapat dilakukan untuk mewujudkan realisasi hal tersebut. Peran pemerintah juga harus terlihat jelas dalam mendukung pelaksanaan aksi memutus akses pornografi di Indonesia. Sosialisasi atas software Police on Internet dan Eye-Black Wizard harus sedini mungkin direalisasikan di wilayah Bandung ini. Mengingat software ini sangat efektif dalam memutus akses ke situs porno demi menjaga moral generasi muda dan penerus bangsa.
.jpg)